Just another free Blogger theme

Sponsor

Tuesday, November 27, 2012


A. Pengantar
     Dalam penelitian sosial, masalah penelitian, tema, topik, dan judul penelitian berbeda secara kualitatif maupun kuantitatif. Baik substansial maupun materil kedua penelitian itu berbeda berdasarkan filosofis dan metodologis. Masalah kuantitatif lebih umum memiliki wilayah yang luas, tingkat variasi yang kompleks namun berlokasi dipermukaan. Akan tetapi masalah-masalah kualitatif berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun memiliki kedalaman bahasan yang tak terbatas.
      Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
     Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan. 

B. Sistematika Penelitian Kualitatif

Judul
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Bab I Pendahuluan
Konteks Penelitian
Fokus Kajian Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

Bab II Perspektif Teoritis dan Kajian Pustaka
Bab III Metode Penelitian
Pendekatan
Batasan Istilah
Unit Analisis
Deskripsi Setting Penelitian
Pengumpulan Data
Analisis Data
Keabsahan data
Bab IV Hasil dan pembahasan
Bab VI Kesimpulan dan saran
Daftar pustaka
Lampiran


Penjelasan secara ringkas keseluruhan unsur yang ada dalam penelitian kualitatif, yaitu:

  1. Judul, singkat dan jelas serta mengisyaratkan fenomena dan fokus kajian penelitian. Penulisan judul sedapat mungkin menghindari berbagai tafsiran yang bermacam-macam dan tidak bias makna.
  2. Abstrak, ditulis sesingkat mungkin tetapi mencakup keseluruhan apa yang tertulis di dalam laporan penelitian. Abstrak penelitian selain sangat berguna untuk membantu pembaca memahami dengancepat hasil penelitian, juga dapat merangsang minat dan selera orang lain untuk membacanya.
  3. Perspektif teoritis dan kajian pustaka, perspektif teori menyajikan tentang teori yang digunakan sebagai perpektif baik dalam membantumerumuskan fokus kajian penelitian maupun dalam melakukan analisis data atau membahas temuan-temuan penelitian. Sementara kajian pustaka menyajikan tentang studi-studi terdahulu dalam konteks fenomena dan masalah yang sama atau serupa.
  4. Metode yang digunakan, menyajikan secara rinci metode yang digunakan dalam proses penelitian.
  5. Temuan–temauan penelitian, menyajikan seluruh temuan penelitian yang diorganisasikan secara rinci dan sistematis sesuai urutan pokok masalah atau fokus kajian penelitian. Temuan-temuan penelitian yang disajikan dalam laporan penelitian merupakan serangkaian fakta yang sudah direduksi secara cermat dan sistematis, dan bukan kesan selintas peneliti apalagi hasil karangan atau manipulasi peneliti itu sendiri.
  6. Analisis temuan– temuan penelitian. Hasil temuanmemrlukan pembahasan lebih lanjut dan penafsiran lebih dalam untuk menemukan makna di balik fakta. Dalam melakukan pembahasan terhadap temuan-temuan penelitian, peneliti harus kembali mencermati secara kritis dan hati-hati terhadap perspektif teoritis yang digunakan.

C. Jenis-jenis Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif memiliki 5 jenis penelitian, yaitu:
1. Biografi
     Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan pengalamannya yang dituliskan kembali dengan mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap turning point moment atau epipani yaitu pengalaman menarik yang sangat mempengaruhi atau mengubah hidup seseorang. Peneliti menginterpretasi subjek seperti subjek tersebut memposisikan dirinya sendiri.

2. Fenomenologi
       Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Menurut Creswell (1998:54), Pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden. 

3. Grounded theory
          Walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu pengalaman untuk sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi tertentu . Situasi di mana individu saling berhubungan, bertindak, atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari. 

4. Etnografi
      Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial. peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi melibatkan pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok, dimana dalam pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari arti atau makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok.

5. Studi kasus
            Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu.

D. Metode Pengumpulan Data

            Beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:

1. Wawancara
            Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. 

Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif. 

2. Observasi
                 Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

           Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.
  • Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.
  •  Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek.
  • Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah topografi, jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan respon, stimulus kontrol (kondisi dimana perilaku muncul), dan kualitas perilaku.

3. Dokumen
           Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.

4. Focus Group Discussion (FGD)
             Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.

E. Teknik Analisis Data

          Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif di dasarkan pada pendekatan yang digunakan. Beberapa bentuk analisis data dalam penelitian kualitatif, yaitu:

1. Biografi
Langkah-langkah analisis data pada studi biografi, yaitu
 a. Mengorganisir file pengalaman objektif tentang hidup responden seperti tahap perjalanan hidup dan pengalaman. Tahap tersebut berupa tahap kanak-kanak, remaja, dewasa dan lansia yang ditulis secara kronologis atau seperti pengalaman pendidikan, pernikahan, dan pekerjaan.
b. Membaca keseluruhan kisah kemudian direduksi dan diberi kode.
c. Kisah yang didapatkan kemudian diatur secara kronologis.
d. Selanjutnya peneliti mengidentifikasi dan mengkaji makna kisah yang dipaparkan, serta mencari epipani dari kisah tersebut.
e. Peneliti juga melihat struktur untuk menjelaskan makna, seperti interaksi sosial didalam sebuah kelompok, budaya, ideologi, dan konteks sejarah, kemudian memberi interpretasi pada pengalaman hidup individu.
f. Kemudian, riwayat hidup responden di tulis dengan berbentuk narasi yang berfokus pada proses dalam hidup individu, teori yang berhubungan dengan pengalaman hidupnya dan keunikan hidup individu tersebut.

2. Fenomenologi
Langkah-langkah analisis data pada studi fenomenologi, yaitu:
a. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan.
b. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai data yang dianggap penting kemudian melakukan pengkodean data.
c. Menemukan dan mengelompokkan makna pernyataan yang dirasakan oleh responden dengan melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama. Selanjutnya, pernyataan yang tidak relevan dengan topik dan pertanyaan maupun pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang tindih dihilangkan, sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk atau penyusun dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan).
d. Pernyataan tersebut kemudian di kumpulkan ke dalam unit makna lalu ditulis gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi.
e. Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena tersebut sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut. Kemudian mengembangkan textural description (mengenai fenomena yang terjadi pada responden) dan structural description (yang menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi).
f. Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman responden mengenai fenomena tersebut.
g. Membuat laporan pengalaman setiap partisipan. Setelah itu, gabungan dari gambaran tersebut ditulis.

3. Grounded theory
Langkah-langkah analisis data pada studi grounded theory, yaitu:
a. Mengorganisir data
b. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
c. Open coding, peneliti membentuk kategori informasi tentang peristiwa dipelajari.
d. Axial coding, peneliti mengidentifikasi suatu peristiwa, menyelidiki kondisi-kondisi yang menyebabkannya, mengidentifikasi setiap kondisi-kondisi, dan menggambarkan peristiwa tersebut.
e. Selective coding, peneliti mengidentifikasi suatu jalan cerita dan mengintegrasikan kategori di dalam model axial coding.
Selanjutnya peneliti boleh mengembangkan dan menggambarkan suatu acuan yang menerangkan keadaan sosial, sejarah, dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi peristiwa.

4. Etnografi
Langkah-langkah analisis data pada studi etnografi, yaitu:
a. Mengorganisir file.
b. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
c. Menguraikan setting sosial dan peristiwa yang diteliti.
d. Menginterpretasi penemuan.
e. Menyajikan presentasi baratif berupa tabel, gambar, atau uraian.

5. Studi kasus
Langkah-langkah analisis data pada studi kasus, yaitu:
a. Mengorganisir informasi.
b. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
c. Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya.
d. Peneliti menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa kategori.
e. Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi dan mengembangkan generalisasi natural dari kasus baik untuk peneliti maupun untuk penerapannya pada kasus yang lain.
f. Menyajikan secara naratif.

F. Keabsahan Data

Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan keabsahan data, yaitu:

1. Kredibilitas
Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya. Beberapa kriteria dalam menilai adalah lama penelitian, observasi yang detail, triangulasi, per debriefing, analisis kasus negatif, membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member check.
Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu:
a. Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden, dan untuk membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.
b. Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
c. Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
d. Peer debriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
e. Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujian-pengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada data, serta denganmengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang data.

2. Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain.
3. Dependability yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.
4. Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif.

G. Reliabilitas
Reliabilitas penelitian kualitatif dipengaruhi oleh definisi konsep yaitu suatu konsep dan definisi yang dirumuskan berbeda-beda menurut pengetahuan peneliti, metode pengumpulan dan analisis data, situasi dan kondisi sosial, status dan kedudukan peneliti dihadapan responden, serta hubungan peneliti dengan responden.(IAHS)

Daftar Pustaka
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.
Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.
Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc: California.
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Al-Qur'an adalah kitab suci yang terakhir diturunkan Allah SWT, dengan perantara malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai kunci dan kesimpulan dari semua kitab-kitab suci yang pernah diturunkan Allah SWT, kepada Nabi dan Rasul yang diutus Allah sebelum Nabi Muhammad SAW.
Al-Qur'an yang secara harfiah berarti "bacaan sempurna" merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tidak ada satu bacaan pun sejak manusia mengenal tulisan dan bacaan sekitar lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur'an.
Al-Qur'an dipelajari bukan hanya susunan redaksi dan pemilihan kosakatanya, tapi juga kandungannya yang tersurat, tersirat, bahkan sampai kepada kesan yang ditimbulkannya. Semua dituangkan dalam jutaan jilid buku, generasi ke generasi. Kemudian apa yang dituangkan dari sumber yang tak pernah kering itu, berbeda-beda sesuai dengan perbedaan kemampuan dan kecendrungan mereka, namun semua mengandung kebenaran. Al-Qur'an layaknya sebuah permata yang memancarkan cahaya yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-masing.
Al-Qur'an adalah sebuah kitab yang teratur tata cara membacanya, mana yang dipendekkan, dipanjangkan, dipertebalkan, atau diperhalus ucapannya, dimana tempat yang terlarang atau yang boleh, atau harus memulai dan berhenti, bahkan diatur lagu dan liriknya, sampai pada etika membacanya.
Seorang orientalis H.A.R. Gibb pernah menulis bahwa, "Tidak ada seorangpun dalam seribu lima ratus tahun ini yang telah memainkan alat bernada nyaring yang demikian mampu dan berani, dan demikian luas getaran jiwa yang diakibatkannya, seperti yang dibaca Muhammad ( Al-Qur'an )".[1]
Demikian terpadu dalam Al-Qur'an keindahan bahasa, ketelitian, dan keseimbangannya, dengan kedalaman makna, kekayaan, dan kebenarannya, serta kemudahan pemahaman dan kehebatan kesan yang ditimbulkannya. Tidak dapat disangkal oleh siapapun yang memiliki objektivitas bahwa kitab suci Al-Qur'an memiliki keistimewaan-keistimewaan. Keistimewaan tersebut diakui oleh kawan maupun lawan, sejak dahulu hingga sekarang.[2]
Al-Qur'an sebagai kitab suci yang menjadi pedoman hidup bagi setiap muslim. Berbeda dengan kitab suci yang lain, maka Al-Qur'an adalah kitab suci yang keaslian dan kemurniannya telah dijamin oleh Allah SWT, yang tidak akan mengalami perubahan, penambahan maupun pengurangan, tidak ada satu hurufpun bergeser atau berubah dari tempatnya, tidak satu huruf atau katapun yang mungkin dapat disisipkan oleh siapapun kedalamnya.
Dalam hal ini Allah SWT menegaskan dalam QS. Al-Hijr : 9
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ
Artinya "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya"[3]

Sebagaimana masalah rizqi, kedudukan dan pangkat adalah dari Allah SWT. Demikian juga kemurnian Al-Qur'an adalah telah menjadi Sunnatullah, bahwa Allah telah memberikan rizqi, pangkat kepada seseorang biasanya melalui manusia, maka demikian juga Allah SWT, memelihara dan menjaga kemurnian Al-Qur'an inipun melalui manusia yaitu dengan cara memberikan kemudahan kepada orang-orang yang dikehendaki untuk menghafal Al-Qur'an.[4] Sebagaimana Firman Allah SWT:
ôs)s9ur $tR÷Žœ£o tb#uäöà)ø9$# ̍ø.Ïe%#Ï9 ö@ygsù `ÏB 9Ï.£B ÇÊÐÈ
Artinya     "Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran,Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran ( Al-Qomar : 17 )[5]

Dengan demikian orang-orang yang hafal Al-Qur'an pada hakikatnya adalah orang-orang pilihan yang sengaja dipilih oleh Allah untuk menjaga dan memelihara kemurnian Al-Qur'an, dalam hubungan ini Allah berfirman :
§NèO $uZøOu÷rr& |=»tGÅ3ø9$# tûïÏ%©!$# $uZøŠxÿsÜô¹$# ô`ÏB $tRÏŠ$t7Ïã ( óOßg÷YÏJsù ÒOÏ9$sß ¾ÏmÅ¡øÿuZÏj9 Nåk÷]ÏBur ÓÅÁtFø)B öNåk÷]ÏBur 7,Î/$y ÏNºuŽöyø9$$Î/ ÈbøŒÎ*Î/ «!$# 4 šÏ9ºsŒ uqèd ã@ôÒxÿø9$# 玍Î7x6ø9$# ÇÌËÈ

Artinya."Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah, yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar".( Fathir : 32 )[6]

Menghafal Al-Qur’an merupakan suatu pekerjaan yang sangat mulia. Baik dihadapan manusia, terutama di hadapan Allah SWT. Banyak keutamaan maupun manfaat yang dapat diperoleh dari sang penghafal, baik itu keutamaan yang diperolehnya di dunia maupun di akhirat kelak. Disamping itu pula sang penghafal Al- Qur’an sangat memegang peranan penting dalam menjaga kemurnian dan keaslian Al- Qur’an hingga akhir zaman.[7]
Jadi pada dasarnya menghafal itu mudah yang susah adalah menjaga dann mempertahankan hafalan yang sudah kita miliki agar jangan sampai hilang atau lupa, karena inilah tantangan yang terbesar yang dihadapi dan dialami semua penghafal Al- Qur’an. Sebagaimana hadist Nabi Muhammad SAW:
عُقُلِهَافِي اْلإِبِلِ مِنَ تفَصِّيًا اَشَدُّ لَهُوَ بِيَدِهِ نَفْسِي فَوَاّلذًَِي هَدُوااْلقُرْأنَ تَََعَا
Ulang-ulangilah menghafal Al-Quran demi Tuhan Yang jiwaku berada di Tangan-Nya ( hafalan Al-Qur’an ), Al-Quran lebih cepat terlepas daripada onta yang terikat dari ikatannya[8]

Dalam dunia proses belajar mengajar (PBM), metode jauh lebih penting dari materi. Demikian urgennya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran. Sebuah proses belajar mengajar bisa dikatakan tidak berhasil bila dalam proses tersebut tidak menggunakan metode. Karena metode menempati posisi kedua terpenting setelah tujuan dari sederetan komponen-komponen pembelajaran: tujuan, metode, materi, media dan evaluasi.[9]
Sebuah metode dikatakan baik dan cocok manakala bisa mengantar kepada tujuan yang dimaksud. Begitupun dalam menghafal Al-Qur’an, metode yang baik akan berpengaruh kuat terhadap proses hifzhul Qur’an, sehingga tercipta keberhasilan dalam menghafal Al-Qur’an.
Metode Takrir adalah salah suatu cara agar informasi-informasi yang masuk ke memori jangka pendek dapat langsung ke memori jangka panjang adalah dengan pengulangan (rehearsal atau takrir), dan merupakan salah satu metode dalam menghafal Al-Qur'an. Peneliti berkeyakinan bahwa metode Takrir sangat penting dalam menghafal Al-Qur'an, karena tanpa proses Takrir (mengulang ulang bacaan) mustahil dapat langsung menghafal Al-Qur'an. Oleh karena itu semakin sering mentakrir bacaan akan semakin mudah menghafalnya.[10]
Metode ini dilatar belakangi oleh banyaknya keluhan dari teman-teman, baik yang sedang manghafal Al-Quran maupun yang sudah hatam Al-Quran, mereka merasa kesulitan dalam menghafal dan melancarkan Al-Quran.
Dalam pembinaan program manghafal Al-Qur'an dalam Penerapan Metode Manghafal Al-Qur'an di Sekolah Dasar Negeri 10 Koto XI Tarusan sangat disiplin dalam menerapkan metode takrir dan selalu mamperhatikan kualitas dan kuantitas hafalan. Terbukti dengan diadakannya lomba dan banyaknya anak maupun alumni yang menjuarai MTQ tingkat sekolah maupun luar sekolah.
Dengan mengacu pada paparan diatas, skripsi ini diformulasikan dengan sebuah judul “Implementasi Metode Takrir dalam Menghafal Al-Qur'an di Sekolah Dasar Negeri 2 Koto XI Tarusan."

B.       Rumusan dan Batasan Masalah
1.      Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut “Implementasi Metode Takrir Dalam Menghafal Alqur'an di SD Negeri 10 Sungai Lundang Kecamatan Koto XI Tarusan”.

2.      Batasan Masalah
a.       Bagaimana proses penerapan metode Takrir dalam menghafal Al-Qur'an di Sekolah Dasar Negeri 10 Sungai Lundang Kecamatan Koto XI Tarusan.
b.       Apa saja faktor penghambat dan pendukung penerapan metode Takrir dalam menghafal Al-Qur'an di Sekolah Dasar Negeri 10 Sungai Lundang Kecamatan Koto XI Tarusan.
c.       Bagaimana solusi dalam mengatasi hambatan penerapan metode Takrir dalammenghafal Al-Qur'an di Sekolah Dasar Negeri 10 Sungai Lundang Kecamatan Koto XI Tarusan.
C.      Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.    Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut diatas maka peneliti mengemukakan tujuan dari penelitian antara lain adalah untuk:
a.     Untuk mengetahui bagaimana proses penerapan metode Takrir dalam menghafal Al-Qur'an di Sekolah Dasar Negeri 10 Sungai Lundang Kecamatan Koto XI Tarusan.
b.    Untuk mengetahui apa saja faktor penghambat dan pendukung penerapan metode Takrir dalam menghafal Al-Qur'an di Sekolah Dasar Negeri 10 Sungai Lundang Kecamatan Koto XI Tarusan .
c.     Untuk mengetahui bagaimana solusi dalam mengatasi hambatan penerapan metode Takrir dalam menghafal Al-Qur'an Al-Qur'an di Sekolah Dasar Negeri 10 Sungai Lundang Kecamatan Koto XI Tarusan.

2.    Kegunaan Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat mempunyai kegunaan antara lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
a. Bagi Peneliti :
1. Semoga penelitian ini membawa kemanfaatan dan berkah, menjadi ghirah akan selalu cinta Al-Qur’an dan menjadi pedoman hidupnya
2. Sebagai motivasi agar lebih bersemangat lagi dalam menghafal dan menjaganya.
3. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai Implementasi Metode Takrir dalam menghafalan Al-Qur'an.
b.  Bagi Lembaga :
1.  Seluruh komponen yang ada di STAI YPI Al- Ikhlas Painan terutama Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam, sebagai masukan dan sosialisasi dalam rangka memasyaratkan Al-Qur’an di Lingkungan STAI.
2.  Bagi Sekolah Dasar, penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan evaluasi atas kelemahan-kelemahan yang ada dan selalu melakukan pengembangan-pengembangan demi mencapai tujuan sekolah dasar yakni menggapai kemulyaan menjadi muslim yang Ta'allamal Qur'an Wa'allamahu.[11]
3.  Bagi anak, khususnya Sekolah Dasar Negeri 10 Koto XI Tarusan, laksanakan semua tanggungjawab dan kerjakan semua tugas dengan keiklasan, karena rasa ikhlas akan lebih ringan menjalani semua tanggungjawab dan tugas yang diemban.
4.  Bagi Para Pembaca Al-Qur'an, membantu dalam menghafal Al-Qur'an, menjaga hafalan Al-Qur'an, memberikan solusi yang tepat dalam menghafal Al- Qur'an, dan memberikan penjelasan beberapa sebab yang membuat mereka sulit menghafal serta marilah kita bangun kembali rasa semangat kita untuk selalu menjaga dan mengamalkan Al-Qur'an.
D.      Penjelasan Judul
Definisi Operasional ini dimaksudkan untuk memperjelas dan mempertegas kata-kata atau istilah kunci yang diberikan dengan judul penelitian “IMPLEMENTASI METODE TAKRIR DALAM MENGHAFAL ALQUR'AN DI SD NEGERI 10 SUNGAI LUNDANG KECAMATAN KOTO XI TARUSAN”.
Implementasi                        :      Pelaksanaan. Proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis yang memberikan efek atau dampak baik berupa prubahan, pengetahuan, ketrampilan nilai dan sikap.[12]
Metode Takrir                      :      Suatu metode atau cara dalam proses atau sedang menghafal Al-Qur'an dengan mengulang-ulang atau men-sima'-kan hafalan yang pernah dihafalkan atau sudah pernah di- sima'-kan kepada guru tahfidzh. [13]
Menghafal Al-Qur'an           :      Sesuatu proses mengingat seluruh materi ayat Al-Qur'an.[14] Maksudnya adalah proses mengulang ulang bacaan Al-Qur'an sehingga dapat melakat pada ingatan.
SD Negeri 10                       :      Sekolah Dasar negeri.[15]

E.       Kajian Penelitian Relevan
Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti telah menelusuri beberapa hasil penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan ini. Dari beberapa contoh judul penelitian terdahulu memang memiliki keterkaitan dari segi masalah yaitu mencari tentang hubungan dan pengaruh akan tetapi objek dan sasarannya berbeda.
Dari skripsi yang ditulis oleh Musda Yetati dapat kita ketahui bahwa dengan menggunakan berbagai macam metode dapat meningkatkan minat belajar siswa, namun dalam bahasan skripsi tersebut tidak termasuk kedalamnya metode takrir. Sementara itu dalam pembahnasan Nur hanya menggunakan metode takrir ini dalam pembelajaran Matematika.
Oleh karena itu peneliti memilih masalah tentang implementasi metode takrir dalam Menghafal al-Qur’an di Sekolah Dasar Negeri 10 Sungai Lundang Kecamatan Koto XI Tarusan.

F.       Sistematika penulisan
Agar dalam skripsi ini lebih mengarah pada tujuan, maka penulis menyusun skripsi ini menjadi beberapa bab, dan pada masing-masing bab dibagi lagi menjadi sub bab yang terdiri dari :
BAB I merupakan Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan dan Batasan Masalah, Tujuan dan Kegunaan penelitian, Definisi Operasional, Kajian Penelitian Relevan dan Sistematika Penulisan.
BAB II merupakan yang terdiri dari Metode Takrir dalam menghafal Al-Qur'an, meliputi: Pengertian menghafal Al-Qur'an, Metode dalam menghafal Al-Qur'an, Pengertian Metode Takrir. Bagian kedua membahas Implementasi metode Takrir dalam menghafal Al-Qur'an meliputi: Tahapan Penerapan Metode Takrir dalam menghafal Al-Qur'an, Manfaat dan Tujuan Metode Takrir dalam Menghafal Al-Qur'an. Bagian ketiga membahas Faktor penghambat dan pendukung metode Takrir dalam menghafal AL-Qur'an Bagian keempat membahas solusi dalam mengatasi hambatan penerapan metode Takrir dalam upaya menghafal Al-Qur'an.
BAB III merupakan Metode Penelitian meliputi: Metode  / Jenis Penelitian, Latar Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisa Data, Pengujian Keabsahan Data.
BAB IV merupakan Laporan hasil penelitian, Proses Penerapan Metode Takrir dalam Menghafal Al-Qur'an di SD Negeri 10 Sungai Lundang Kecamatan Koto XI Tarusan, Faktor Penghambat Penerapan Metode Takrir Dalam Menghafal Al-Qur'an di SD Negeri 10 Sungai Lundang Kecamatan Koto XI Tarusan, Solusi dalam Mengatasi Hambatan Penerapan Metode Takrir dalam Menghafal Al-Qur'an di SD Negeri 10 Sungai Lundang Kecamatan Koto XI Tarusan.
BAB V merupakan Penutup yang merupakan bab terakhir dari skripsi ini yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran-saran yang diikuti dengan daftar pustaka serta lampiran-lampirannya.

Footnote

[1] Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an,  ( Bandung : Mizan, 1998 ), h. 3 - 4
[2] Sa'dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur'an,  ( Jakarta : Gema Insani, 2008 ), h. 3
[3]Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Kompleck Percetakan Al-Qur’an Al-Karim Kepunyaan Raja Fahd, 1971), h. 391
[4]Syakir Ridwan. Study Al-Qur'an, (Tebuireng-Jombang: Unit Tahfid Madrasatul Qur'an, 2000 ), h. 1
[5]Yayasan Penyelenggara Penterjemah, Op. Cit, h. 879
[6] Ibid, h. 439
[7] Ilham Agus Sugianto. Kiat Praktis Menghafal Al-Qur'an, (Bandung: Mujahid Press, 2004), h. 31
[8] Yahya Bin Muhammmad Abdul Rozaq,  Metode Praktis Menghafal Al-Qur'an,  (Jakarta Pustaka Azzam, 2004), h. 178
[9] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 109
[10] Sa'dulloh, Op. Cit, h. 60
[11] Ilham Agus Sugianto. Op. Cit, h. 130
[12]E.Mulyasa, Kurikulum Berbasis kompetensi, Konsep, Karateristik dan implementasinya,  (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), h. 7
[13] 13Sa'dulloh, Op. Cit, h. 54
[14] Ibid, h. 45
[15]Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pendidikan Berbasis Mutu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h.  47