Just another free Blogger theme

Sponsor

Tuesday, April 16, 2013

Sejarah Kapal Pesisir Selatan




Laut Pesisir Selatan, Sumatera Barat menyimpan banyak kenangan yang patut dibaca kembali generasi penerus. Bahwa perairan di sebelah barat Pulau Sumatera ini pernah menumpuh masa jaya sebagai jalur perlintasan dan persinggahan kapal besar dari berbagai negara semenjak dahulu.
Sejumlah kapal kapal besarpun ketika masa jayanya perlintasan itu ada yang karam diamuk gelombang maupun akibat peperangan. Kapal kapal itu kemudian menjadi kapal legendaris yang dikenang orang di sana sepanjang masa.
Muara Ampiang Parak Kecamatan Sutera adalah salah satu saksi bisu kejayaan itu. Disana hingga saat ini masih diceritakan secara turun temurun kisah sebuah kapal legendaris yang karam dimuara tersebut. Kapal yang kemudian hanya dikenal dengan sebutan kapal dari Belanda.
Asridal (64) Tokoh Masyarakat setempat menyebutkan, disini pernah sebuah kapal milik Belanda karam. Hingga kini bangkai kapal itu diperkirakan berada disekitar pintu muara. Soal nama, hingga kini masih menjadi misteri, karena tidak ada catatan resmi terkait kapal tersebut.
Dikatakannya, proses dan bagaimana kapal itu bisa karam hanya dicertakan secara turun temurun di masayarakat. Lalu sebagai bentuk penghargaan kepada kapal legendaris itu, kawasan pantai di muara Ampiang Parak itu diberi nama pasia kapa (Pasir Kapal).
Salah satu ungkapan yang paling terkenal dimasyarakat hingga kini tentang kapal Belanda tersebut adalah barabah tabang ka juda, tibo dijuda makan padi, jembatan basi alun sudah, kapa lah karam di muaro. "Kapal itu diperkirakan karam di penghujung abad 19. Kapal itu mengangkut material bahan pembuat jembatan Amping Parak yang diangkut Belanda dari Jawa," katanya.
Kemudian informasi lain menyebutkan, kapal yang diperkirakan sekelas perintis itu karam ketika kapal hendak keluar dari muara setelah bongkar material selesai. Ketika kapal keluar, gelombang saat itu besar, lalu menyebabkan kapal karam. Namun seluruh awak kapal saat itu dikabarkan selamat.
"Dibawah tahun 70-an bagian kapal justeru ada yang menyembul keluar terutama ketika pasang susut. Bangkai kapal dapat dilihat dari atas sampan. Kapal itu diperkirakan memiliki panjang 70 hingga 80 meter," katanya.
Namun setelah itu, bangkai kapal itu tertimbun pasir akibat berubahnyanya pintu muara. Kapal itu kini tidak lagi dapat disaksikan karena tidak ada bagian kapal yang keluar. Kini warga hanya bisa menyaksikan empat buah tiang besi yang diduga berfungsi sebagai tambatan kapal.
Kapal legendaris selanjutnya dan paling menyedot perhatian publik dalam dan luar negeri adalah Boelungan Nederland. Kapal ini karam pada 28 Januari 1942, di Nagari Mandeh, Koto XI arusan.
Wali Nagari Mandeh Jarsil RB menyebutkan, Kapal Boelungan tenggelam setelah dibombardir Jepang. Sebelum di bom ia berada diluar Teluk Mandeh, lalu berupaya menyelamatkan diri ke dalam teluk.
"Kapal itu masuk dari pintu muara di Nagari Sungai Nyalo Mudik Aie yang bertetangga dengan Teluk Mandeh. Lalu, Boelongan berlindung di Teluk Dalam di antara Pulau Cubadak dan Pulau Taraju yang masih di kawasan perairan Mandeh. Hingga kini keberadaan bangkai kapal itu masih misterius meskipun beberapa kali telah diteliti orang,"katanya.
Keterangan Foto: Empat buah tiang besi yang menyembul di Muara Ampaing Parak Sutera, Pessel. Tiang ini diperkirakan dibangun tahun 1890 yang dipersiapkan untuktambatan kapal kapal besar. 
Categories:


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Post a Comment