Just another free Blogger theme

Sponsor

Friday, May 3, 2013


Profesi guru adalah salah satu profesi yang jauh berbeda dengan profesi yang lain. Guru memegang peranan strategis terutama dalam pembentukan watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai.  Profesi guru bukan hanya sebagai hobi. Selain sebagai tanggungjawab dalam pelaksanaan program pengajaran di sekolah, guru juga bertanggungjawab menjalankan proses pendidikan bagi peserta didiknya.

Dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 dinyatakan bahwa guru bertugas untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Tugas tersebut merupakan salah satu tugas paling strategis dan paling berat dalam menentukan masa depan bangsa.

Dalam melaksanakan tugasnya, guru berhadapan langsung dengan peserta didik dan bertanggungjawab langsung untuk membinanya. Objek pekerjaan guru merupakan manusia. Guru diibaratkan sebagai alat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi. Produk yang dihasilkan akan sangat bergantung kepada kualitas alat produksi dan cara pengolahannya.

Jika produk yang dihasilkan memiliki kualitas baik, maka bahan setengah jadi tersebut akan menjadi berbagai barang jadi dengan kualitas baik dan nilai jual tinggi. Sementara jika bahan setengah jadi tersebut berkualitas rendah, maka bahan tersebut hanya akan menjadi barang jadi dengan kualitas rendah dan nilai jual rendah.

Guru yang diibaratkan dengan mesin produksi atau mesin pengolah harus memiliki kualitas yang baik. Untuk menciptakan manusia yang unggul, garu harus manusia yang unggul. Keunggulan guru tersebut terutama pada bidang yang berhubungan dengan tugasnya, yatu mengajar dan mendidik. Kemampuan mengajar ditandai dengan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Sementara kemampuan mendidik ditandai dengan kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.

Kompetensi pedagogik dan profesional guru merupakan unsur utama dan yang selalu diperhatikan dalam meningkatkan kualitas guru, namun kompetensi kepribadian dan sosil sering dilupakan. Padahal, kompetensi kepribadian dan sosial merupakan hal terpenting dalam melaksanakan proses pendidikan. Kedua kompetensi itulah yang diperlukam guru untuk membentuk watak dan karakter peserta didik.

Secara formal, kompetensi akademis seorang guru tidak bisa diragukan lagi. Guru merupakan seorang sarjana di bidang pendidikan. Itu artinya secara nyata guru telah memiliki kompetensi pedagogik dan profesional yang. Namun, kompetensi kepribadian dan sosial guru tidak ada jaminan formalnya. Padahal kedua kompetensi tersebut merupakan bagian dari kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru



Kompetensi kepribadian dan sosial tidak ada jaminan pada kemampuan akademik seorang guru. Kecerdasan kognitif (otak) tidak menjamin seseorang akan memiliki kompetensi kepribadian dan sosial. Sehingga untuk menjadi seorang guru, seseorang tidak hanya harus cerdas atau memiliki kemampuan kognitif yang tinggi.

Berdasarkan klasifikasi kecerdasan berdasarkan multiple intellegences (kecerdasan majemuk) menurut Howard Gardner,  kecerdasan dibagi atas delapan yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logika matematika, kecerdasan visual, kecerdasan spasial, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan naturalis.  Berdasarkan klasifikasi kecerdasan tersebut, jika dibawa pada kompetensi guru, untuk kecerdasan linguistik, kecerdasan logika matematika, kecerdasan visual, kecerdasan spasial, kecerdasan musik dan kecerdasan naturalis merupakan kompetensi pedagogik dan profesional, sesuai dengan kajian ilmu seorang guru. Sementara kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal merupakan kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial yang mutlak dimiliki oleh semua guru dalam pada kajian ilmu apapun.

kecerdasan linguistik, kecerdasan logika matematika, kecerdasan visual, kecerdasan spasial, kecerdasan musik dan kecerdasan naturalis tidak harus dimiliki oleh seorang guru. Guru cukup memiliki salah satu dari kecerdasan tersebut sesuai dengan bidang kajian ilmunya. Namun kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal harus dimiliki oleh semua guru pada bidang kajian apapun. Hal ini karena kecerdasan interpersonal merupakan kecerdasan guru dalam bersosial yang merupakan kebutuhan untuk kompetensi, pedagogik, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian guru, serta kecerdasan intrapersonal untuk kebutuhan kompetensi kepribadian guru. Jadi, untuk menunjang profesionalisme guru terutama kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian guru, kemampuan interpersonal merupakan hal yang sangat dibutuhkan.

Kecerdasan interpersonal secara singkat dapat diartikan kecerdasan dalam bergaul atau people smart. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi, dan perasaan orang lain. Orang yang cerdas bergaul peka terhadap ekspresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang lain, serta mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin kelompok.

Orang dengan kecerdasan ini memiliki kemampuan sosial yang tinggi dan mudah berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain. Selain itu, orang dengan kemampuan ini sanggup menempatkan diri dan membaca situasi orang-orang disekitarnya. Dia bisa dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Jadi, apa hubungan kecerdasan interpersonal dengan profesi guru?. Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan sebelumnya dapat kita ambil kesimpulan bahwa profesi sebagai seorang guru sangat erat kaitannya dengan kecerdasan interpersonal. Guru adalah profesi yang objek kerjanya adalah manusia atau proses sosial, sementara kecerdasan interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk mengelola proses sosial. Jadi pada prinsipnya kecerdasan interpersonal inilah yang digunakan oleh guru dalam melakukan pekerjaannya, bukan hanya kecerdasan keilmuan secara pedagogik saja.

Pertama Seorang guru harus mempunyai kecerdasan interpersonal untuk memahami siswa-siswinya. Hal ini sebab pada perkembangannya, guru bukan lagi sebagai instruktur atau orang serbatahu, melainkan sebagai mitra yang dapat membimbing dan mengarahkan siswa. Kecerdasan interpersonal yang harus dimiliki seorang guru meliputi kemampuan berkomunikasi, baik secara verbal maupun non verbal, kemampuan mendengarkan dan kemampuan bertanya, sikap dan tingkah laku, kemampuan mengatasi masalah dan kharisma bila seorang guru ingin menjadi guru yang berkesan bagi para siswa, salah satu kecerdasan interpersonal yang harus dimiliki guru adalah kemampuan berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi bukan hanya sekedar pandai bicara atau berapa banyak hal yang dibicarakan, namun pembicaraan tersebut harus menyejukkan dan mencerahkan. Isi pembicaraan harus bermanfaat dan terjalin dalam suasana yang menyenangkan. Komunikasi yang perlu diperhatikan bukan hanya komunikasi verbal (berbicara) tetapi juga komunikasi nonverbal (bahasa tubuh). Guru haru menguasai cara berkomunikasi yang banar-benar menyejukkan dan menyenangkan bagi siswanya. 
Kedua kemampuan mendengarkan. Kemampuan mendengarkan seiring dengan kemampuan komunikasi. Dengan mendengar, kita dapat memahami orang lain serta dapat mempengaruhi. Dengan mendengar, akan terjalin hubungan yang baik. Seorang guru harus menjadi pendengar yang baik. Dengan mendengar setiap hal dan keluhan siswa, guru akan mengetahui permasalahan yang dihadapi siswa sehingga dapat dicarikan solusi dari permasalahan tersebut.
Ketiga kemampuan bertanya.  Kemampuan bertanya merupakan salah satu kemampuan interpersonal guru agar suasana kelas menjadi lebih hidup. Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan guru dapat membangkitkan minat dan meransang otak agar siswa mau berpikir dan mencari kaitan-kaitan pengetahuan sehingga mampu menjawab pertanyaan. Seorang guru harus memiliki kemampuan bertanya dengan pertanyaan secara tepat, waktu yang tepat, memilih tempat bertanya yang tepat serta menyampaikan pertanyaan dengan baik.
Keempat sikap dan tingkah laku. Saat ini, sikap dan perilaku guru tidak lagi diharuskan menjadi seorang yang selalu berwibawa di depan para siswanya dan cenderung menjaga jarak. Guru tidak dibenarkan memposisikan dirinya pada kedudukan lebih tinggi dari siswa. Hal ini karena meskipun demikian proses pendidikan juga tidak akan berhasil tanpa adanya pembiasaan tingkah laku yang baik seorang guru. Bukan kewibawaan yang membuat siswa menghormati dan mematuhi guru, namun perilaku yang baik yang dapat dijadikan contohlah yang aka membuat guru menjadi istimewa di depan siswanya.
Kelima kemampuan mengatasi masalah. Karena guru berperan sebagai pembimbing, maka guru juga bertugas membantu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi siswa. Dalam menyelesaikan masalah, seorang guru harus mampu menawarkan solusi-solusi serta mengambil keputusan secara bijaksana dalam menyelesaikan sesuatu permasalahan.
Keenam karisma guru. Seorang guru harus memiliki karisma yang memperlihatkan kemampuan memimpin yang dapat memangkitkan rasa kagum orang lain. Seorang guru harus terlihat berkarisma di mata siswanya agar siswa dapat menjadikan guru tersebut sebagai panutan dan contoh dalam berperilaku.

















Thursday, May 2, 2013

Sumber : Portal Pendidikan Dasar : Cara Meperbaiki Masalah JJM pada Aplikasi Dapodik

Penyebab adanya guru yang belum mendapatkan SK Tunjangan Profesi atau juga dikenal SK Dirjen adalah karena adanya kesalahan pada aplikasi Data Pokok Pendidikan (Dapodik). Instrumen pendataan pada Dapodik yang banyak salah terjadi pada pengisian Jumlah Jam Mengajar (JJM). Instrumen tersebut harus segera diperbaiki dan agar SK Tunjangan Profesi bisa terbit.
Data yang tampil di website P2TK Dikdas, khususnya data nomor 20 yaitu Total Jam Mengajar Sesuai terdapat 3 rincian (sub). Pertama adalah Jumlah Jam Mengajar (JJM) yaitu jumlah jam yang operator sekolah masukkan dalam aplikasi pendataan pada bagian pembagian rombongan belajar.
Kedua adalah JJM KTSP yaitu jumlah jam mengajar yang dihitung sesuai dengan batasan maksimal kurikulum KTSP. Ketiga adalah JJM linier yaitu jam mengajar yang dibatasi KTSP, yang dihitung sesuai dengan kode sertifikasi yang dimilikinya.
Kebanyakan permasalahan terkait jumlah jam mengajar yaitu, saat dicek di P2TK Dikdas, JJM Liniernya 0 (nol). Hal itu bisa terjadi karena guru tersebut di rombongan belajara, mata pelajaran yang diampunnya tidak sesuai dengan mata pelajaran (kode sertifikasi) yang dimilikinya.
Selain itu jika jumlah jam mengajar tidak sesuai dengan struktur kurikulum yaitu PP. 22 Tahun 2006 tentang alokasi waktu KTSP SD/MI bisa juga menyebabkan Total Jam Mengajar Sesuai menjadi tidak valid. Untuk memecahkan masalah JJM, JJM KTSP dan JJM Linear, berikut adalah jumlah jam mengajar yang seharusnya:
  1. Kelas 1: 26+4=30 jangan lebih dari jumlah tersebut
  2. Kelas 2: 27+4=31 jangan lebih dari jumlah tersebut.
  3. Kelas 3: 28+4=32 jangan lebih dari jumlah tersebut.
  4. Kelas 4,5, dan 6: 32+4=36 jangan lebih dari jumlah tersebut.


Contoh pembagian jam mengajar kelas 1: Guru Kelas 24 jam, Pendidikan Agama 2 jam, Penjas 2 jam, dan Mulok 2 jam. Jadi jumlah mengajar untuk kelas 1 adalah 30 jam per minggu. Bahasa Inggris tidak termasuk atau abaikan saja, karena di kurikulum tidak ada mata pelajaran tersebut.
Contoh pembagian jam mengajar Kelas 2: Guru Kelas 24 jam, Pendidikan Agama 3 jam, Penjas 2 Jam, dan Mulok 2 Jam. Sehingga jumlah jam mengajar untuk kelas 2 adalah 31 jam per minggu. Bahasa Inggris tidak termasuk atau abaikan saja, karena di kurikulum tidak ada mata pelajaran tersebut.
Sedangkan pembagian jam mengajar Kelas 3 contohnya: Guru Kelas 24 jam, Pendidikan Agama 3 jam, Penjas 3 jam, dan Mulok 2 jam. Sehingga jumlah jam mengajar untuk kelas 3 adalah 32 jam per minggu. Bahasa Inggris untuk kelas 1, 2, dan 3 abaikan saja karena di kurikulum tidak ada.
Untuk pembagian jam mengajar Kelas 4, 5, dan 6 contohnya adalah: Guru Kelas 25 jam, Pendidikan Agama 3 jam, Penjas 4 jam, Mulok 2 jam, dan Bahasa Inggris 2 jam. Jadi jumlah jam mengajar untuk kelas tinggi tersebut adalah 36 jam per minggu. Bahasa Inggris bisa masuk walaupun tidak ada dalam Kurikulum di kelas 4, 5, dan 6, yang terpenting 36 jam per minggu terpenuhi.
Pembagian jam untuk untuk Kepala Sekolah, adalah 6 jam dari mengajar di kelas dan 18 jam dari tugas tambahan sebagai sebagai Kepala Sekolah. Agar JJM Liniernya minimal 24 sebagai syarat mendapat tunjangan, 6 jam didapatkan dari mengajar di rombongan belajar sesuai kode sertifikasinya. Misalnya jika kode sertifikasinya guru kelas, maka tambahan 6 jam itu adalah 2 jam di kelas 4, 5, dan 6 yang diisikan di pembagian rombongan belajar pada aplikasi Dapodik.

Tuesday, April 16, 2013

Jembatan Akar ( Pesisir Selatan) 


Rupanya, titian akar yang selama ini kita kenal di Puluik Puluik, bukanlah satu satunya jembatan akar di dunia. Masih ada tiga (satu sudah mati) jembatan akar lainnya yang belum terekspos ke luar. Ia tersuruk dari keramaian dan sulit pula dijangkau kendaraan. Meski demikian ketiga titian akar di Pesisir Selatan (Pessel) diperkirakan berumur sama dan dirintis oleh orang yang sama pula. Ketiganya berpotensi pula untuk di garap menjadi objek wisata handal.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang ketiga titian akar tersebut, berikut penulis laporkan dari Bayang Utara, Pesisir Selatan setelah melakukan sejumlah pengumpulan informasi dari warga setempat dan berkunjung langsung ke lokasi. Mulai dari asal usul hingga posisi titian akar dimaksud.
Kita mulai dari titian akar yang paling terkenal. Ia berada disebuah kampung yang bernama Kampung Puluik Puluik, Kenagarian Puluik Puluik, Kecamatan IV Nagari Bayang Utara, Kabupaten Pesisir Selatan (sekitar 25 km dari Pasar Baru, Bayang).
Di sini telah dilahirkan seorang anak yang kemudian tumbuh menjadi manusia kreatif. Anak tersebut bernama Sokan, dan setelah dewasa akrab di panggil Pakiah Sokan.
Pakiah Sokan tinggal tidak jauh dari lokasi titian akar yang ada saat ini. Pada masa belia hingga beranjak dewasa otaknya selalu berfikir untuk memberikan solusi terhadap persoalan buruknya sarana transportasi di kampungnya. Yang paling mendesak menurutnya untuk segera ada adalah jembatan penghubung dari Puluik Puluik ke Lubuk Silau.
Saban waktu disaksikannya warga kampung yang juga tentu anak keponakannya sendiri di Lubuak Silau selalu menyeberangi sungai untuk pergi kepasar atau sekedar ke Puluik Puluik. Atau paling baik sarana yang ada pada saat itu adalah titian dari bambu belaka, setiap kali air sungai ini besar maka jembatan yang terbuat dari bambu ini akan terbawa arus air. Tidak hanya itu, penyeberangan seperti itu sangat membahayakan masyarakat.
Maka terfikirlah untuk membuat jembatan dari akar. Pakiah Sokan melakukan survei terhadap kayu yang memiliki akar kuat dan panjang, dan bisa menyatu satu sama lainnya. Di pelajarinya jenis kayu kayuan di hutan yang ada disekitar kampungnya. Setelah mematut matut apakah gerangan jenis kayu yang bisa dipergunakan untuk bahan pembuat jembatan, akhirnya pilihan jatuh pohon kubang dan beringin. Semuanya telah dengan pertimbangan sangat matang, mulai dari kekuatan pohon, kekuatan akar dan lain sebagainya.
Tahun 1916 Pakiah Sokan ini mulai menanam dua batang pohon tersebut. Masing masing ditanam secara berseberangan, di seberang sebelah Kampung Puluik Puluik ditanam pohon kubang dan diseberang sebelah dusun Lubuak Silau di tanam pohon beringin.
Semenjak ditanam pada tahun 1916 ini, dirawatlah pohon yang kemudian hari menjadi sangat terkenal. Setelah tumbuh dengan baik, maka di pasangnya bambu seperti jembatan sebelumnya dan setalah kayu yang ditanam beliau mulai besar dan akarnya mulai banyak, mulailah Pakiah Sokan menjalin (menganyam) akar ini satu persatu dan mengikuti titian bambu.
"Setiap hari angku Pakiah Sokan menjalin akar demi akar dan sampai terjadinya jembatan akar ini. Pada tahun sembilan puluhan barulah jembatan akar ini di perkenalkan dan di jadikan objek wisata sampai saat ini. Jembatan akar ini sudah dikenali oleh wisatawan lokal dan sebagian wisatawan mancanegara," ungkap Riko Eka Putra" cucu Pakiah Sokan. Demikian titian akar Puluik Puluik.
Lantas titian akar kedua dan ketiga bisa anda temukan dengan bergerak menuju hulu Batang Bayang, tepatnya ke Kampung Bayang Janieh, Nagari Koto Ranah. Dari Puluik Puluik ke ibu nagari Koto Ranah hanya sekitar 2 km, dari ibu nagari ke Kampung Bayang Janieh sekitar 5 km, jalannya agak menantang memang, tapi bagi pecandu suasana alami ini akan menjadi daya tarik sendiri.
Sesampai di gerbang Kampuang Bayang Janieh nan bersahaja itu, anda akan di sambut langsung titian akar yang panjangnya sekitar 12 meter. Modelnya agak ramping dibandingkan titian akar Pulut Pulut. Karena ia berada di hulu sungai tentu airnya sangat jernih. Dibawahnya tampak bermain ikan garing dan sebagainya.
Di Kampung ini hanya dihuni 35 Kepala Keluarga, masyarakatnya sangat sopan dan santun. Kampung yang bersahaja ini siangnya sangat sepi. Hanya gemericik air dan bunyi kincir yang terdengar. Masyarakatnya pergi keladang daa kesawah.
Sekitar 1,5 km dari titian akar ini, menuju ladang dan sawah masyarakat setempat anda akan menemui lagi sebuah titian akar nan esotik. Sunggu sangat alami. Fungsinya tetap sebagai sarana penyeberangan. "Kelebihan titian ini, selain terbilang cukup panjang, maka posisinya berada di air terjun kecil. Titian akar ini posisinya berada ditengah air yang terjun itu," kata Saharuddin, Kepala Kampung Bayang Janieh kepada penulis.
Menurutnya, umur titian akar di Bayang Janieh tidak jauh beda dengan di Puluik Puluik yang terkenal itu. Itu bisa dilihat dari kondisi fisik dan lingkaran tahunan pohonnya. Pembuatannya juga berkaitan erat dengan titian Puluik Puluik. Anda pecinta suasana kampung tengah rimba silahkan berkunjung untuk menyaksikan keajaiban alam ini.

Sejarah Kapal Pesisir Selatan




Laut Pesisir Selatan, Sumatera Barat menyimpan banyak kenangan yang patut dibaca kembali generasi penerus. Bahwa perairan di sebelah barat Pulau Sumatera ini pernah menumpuh masa jaya sebagai jalur perlintasan dan persinggahan kapal besar dari berbagai negara semenjak dahulu.
Sejumlah kapal kapal besarpun ketika masa jayanya perlintasan itu ada yang karam diamuk gelombang maupun akibat peperangan. Kapal kapal itu kemudian menjadi kapal legendaris yang dikenang orang di sana sepanjang masa.
Muara Ampiang Parak Kecamatan Sutera adalah salah satu saksi bisu kejayaan itu. Disana hingga saat ini masih diceritakan secara turun temurun kisah sebuah kapal legendaris yang karam dimuara tersebut. Kapal yang kemudian hanya dikenal dengan sebutan kapal dari Belanda.
Asridal (64) Tokoh Masyarakat setempat menyebutkan, disini pernah sebuah kapal milik Belanda karam. Hingga kini bangkai kapal itu diperkirakan berada disekitar pintu muara. Soal nama, hingga kini masih menjadi misteri, karena tidak ada catatan resmi terkait kapal tersebut.
Dikatakannya, proses dan bagaimana kapal itu bisa karam hanya dicertakan secara turun temurun di masayarakat. Lalu sebagai bentuk penghargaan kepada kapal legendaris itu, kawasan pantai di muara Ampiang Parak itu diberi nama pasia kapa (Pasir Kapal).
Salah satu ungkapan yang paling terkenal dimasyarakat hingga kini tentang kapal Belanda tersebut adalah barabah tabang ka juda, tibo dijuda makan padi, jembatan basi alun sudah, kapa lah karam di muaro. "Kapal itu diperkirakan karam di penghujung abad 19. Kapal itu mengangkut material bahan pembuat jembatan Amping Parak yang diangkut Belanda dari Jawa," katanya.
Kemudian informasi lain menyebutkan, kapal yang diperkirakan sekelas perintis itu karam ketika kapal hendak keluar dari muara setelah bongkar material selesai. Ketika kapal keluar, gelombang saat itu besar, lalu menyebabkan kapal karam. Namun seluruh awak kapal saat itu dikabarkan selamat.
"Dibawah tahun 70-an bagian kapal justeru ada yang menyembul keluar terutama ketika pasang susut. Bangkai kapal dapat dilihat dari atas sampan. Kapal itu diperkirakan memiliki panjang 70 hingga 80 meter," katanya.
Namun setelah itu, bangkai kapal itu tertimbun pasir akibat berubahnyanya pintu muara. Kapal itu kini tidak lagi dapat disaksikan karena tidak ada bagian kapal yang keluar. Kini warga hanya bisa menyaksikan empat buah tiang besi yang diduga berfungsi sebagai tambatan kapal.
Kapal legendaris selanjutnya dan paling menyedot perhatian publik dalam dan luar negeri adalah Boelungan Nederland. Kapal ini karam pada 28 Januari 1942, di Nagari Mandeh, Koto XI arusan.
Wali Nagari Mandeh Jarsil RB menyebutkan, Kapal Boelungan tenggelam setelah dibombardir Jepang. Sebelum di bom ia berada diluar Teluk Mandeh, lalu berupaya menyelamatkan diri ke dalam teluk.
"Kapal itu masuk dari pintu muara di Nagari Sungai Nyalo Mudik Aie yang bertetangga dengan Teluk Mandeh. Lalu, Boelongan berlindung di Teluk Dalam di antara Pulau Cubadak dan Pulau Taraju yang masih di kawasan perairan Mandeh. Hingga kini keberadaan bangkai kapal itu masih misterius meskipun beberapa kali telah diteliti orang,"katanya.
Keterangan Foto: Empat buah tiang besi yang menyembul di Muara Ampaing Parak Sutera, Pessel. Tiang ini diperkirakan dibangun tahun 1890 yang dipersiapkan untuktambatan kapal kapal besar. 

Monday, March 18, 2013

10 Teknologi yang Dapat Mencegah Kehancuran Bumi

Ada anggapan dari kaum skeptis bahwa teknologi hanya merusak lingkungan. Anggapan ini menantang para ilmuwan untuk mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan. PBB memperkirakan, hingga tahun 2030 kebutuhan energi akan melonjak sebesar 60 persen. Sebanyak 2,9 miliar manusia akan kekurangan pasokan air. Berikut 10 jenis teknologi yang tergolong dapat mencegah bumi dari kehancuran

1. Menghilangkan garam dari air laut

PBB mencatat, suplai air bersih akan sangat terbatas bagi miliaran manusia pada pertengahan abad ini. Ada teknologi bernama desalinasi, yakni menghilangkan kadar garam dan mineral dari air laut sehingga layak diminum. Ini merupakan solusi yang bisa dilakukan untuk mencegah krisis air.
Masalahnya, teknologi ini masih terlalu mahal dan membutuhkan energi cukup besar. Kini para ilmuwan tengah mencari jalan agar desalinasi dapat berlangsung dengan energi lebih sedikit. Salah satu caranya adalah dengan melakukan evaporasi pada air sebelum masuk ke membran dengan pori-pori mikroskopis

2. Memproduksi minyak secara alami

Ada proses bernama thermo-depolymerization, suatu proses yang sama dengan bagaimana alam memproduksi minyak. Misalnya limbah berbasis karbon jika dipanaskan dan diberi tekanan tepat, mampu menghasilkan bahan minyak.
Secara alamiah proses ini menbutuhkan waktu jutaan tahun. Dari eksperiman yang sudah-sudah, kotoran ayam kalkun mampu memproduksi sekitar 600 pon petroleum.

3. Tenaga Hidrogen

Bahan bakar hidrogen dianggap sebagai bahan bakar alternatif bebas polusi. Energi dihasilkan dari perpaduan antara hidrogen dan oksigen. Problemnya adalah bagaimana hidrogen itu dihasilkan.
Molekul seperti air dan alkohol harus diproses dulu untuk mengekstraksi hidrogen sehingga menjadi sel bahan bakar. Proses ini juga membutuhkan energi besar. Namun setidaknya ilmuwan sudah mencoba membuat laptop serta peranti lain dengan tenaga fuel cell.

4. Tenaga surya

Energi surya yang sampai di bumi terbentuk dari photon, dapat dikonversikan menjadi listrik atau panas. Beberapa perusahaan dan perumahan sudah berhasil menggunakan aplikasi ini. Mereka memakai sel surya dan termal surya lain sebagai media pengumpul energi.

5. Konversi Panas Laut
Media pengumpul tenaga surya terbesar di bumi ini adalah air laut. Departemen Energi Amerika Serikat (AS) menyebut, laut mampu menyerap panas surya setara dengan energi yang dihasilkan 250 miliar barel minyal per hari.
Ada teknologi bernama OTEC yang mampu mengkonversikan energi termal laut menjadi listrik. Perbedaan suhu antar permukaan laut mampu menjalankan turbin dan menggerakan generator. Masalahnya, teknologi ini masih kurang efisien.

6. Energi gelombang laut

Laut melingkupi 70 persen permukaan bumi. Gelombangnya menyimpan energi besar yang dapat menggerakkan turbin-turbin sehingga mengasilkan listrik. Problemnya agak sulit memperkirakan kapan gelombang laut cukup besar sehingga memproduksi energi yang cukup.
Solusinya adalah dengan menyimpan sebagian energi ketika gelombang cukup besar. Sungai Timur kota New York saat ini sedang menjadi proyek percobaan dengan enam turbin bertenaga gelombanng air. Sedangkan Portugis justru sudah lebih dulu mempraktekkan teknologi ini dan sukses menerangi lebih dari 1500 rumah.

7. Menanami atap rumah

Konsep ini diilhami dari Taman Gantung Babilonia yang masuk dalam daftar Tujuh Keajaiban Dunia. Istana Babilonia terdiri atas atap yang ditanami aneka flora, juga balkon dan terasnya.
Taman atap ini mampu menyerap panas dan mengurangi karbon dioksida. Bayangkan jika burung-burung dan kupu-kupu beterbangan di sekitar rumah hijau kita.

8. Bioremediasi

Ada proses bernama bioremediasi, yakni memanfaatkan mikroba dan tanaman untuk membersihkan kontaminasi. Salah satunya adalah membersihkan kandungan nitrat dalam air dengan bantuan mikroba.
Atau memakai tanaman untuk menetralisir arsenik dari tanah. Beberapa tumbuhan asli ternyata punya faedah untuk membersihkan bumi kita dari aneka polusi.

9. Kubur barang-barang perusak

Karbon dioksida adalah faktor utama penyebab pemanasan global. Energy Information Administration (EIA) mencatat, tahun 2030 emisi karbon dioksida mencapai 8000 juta metrik ton.
Metode paling sederhana untuk menekan kandungan zat berbahaya itu adalah dengan menguburkan berbagai penghasil CO2 seperti aneka limbah elektronik berbahaya.
Namun ilmuwan masih belum yakin bahwa gas berbahaya akan tersimpan aman. Tetap saja kelak akan muncul imbas negatifnya bagi lingkungan.

10. Buku elektronik

Bayangkan, berapa ton kertas dan berapa banyak pohon harus ditebang bagi seantero dunia jika kita semua harus membeli koran, majalah, novel, buku pelajaran, buku tulis, kertas faks, sampai tisu toilet.
Buku elektronik atau surat elektronik yang lebih dikenal dengan e-book dan email memberi kontribusi sangat berarti pada kelangsungan hidup. Dengan teknologi itu, produksi kertas dapat ditekan, sehingga kita tak perlu menebang terlalu banyak pohon.

Saturday, February 23, 2013




I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program gerakan peningkatan mutu yang dicanangkan pemerintah melalui departemen pendidikan nasional mengacu pada standar mutu pendidikan nasional. Program ini merupakan mengupayakan guru diharapkan dapat meningkatkan kreativitas dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga pembelajaran menjadi aktivitas yang menyenangkan .
Peran guru sangat penting dalam menciptakan bagaimana proses pembelajaran tersebut berjalan dengan baik dan menyenangkan sehingga akan berdampak terhadap hasil belajar siswa. Untuk menciptakan proses pembelajaran tersebut maka perlu upaya yang kongkrit diantaranya menggunakan metode pembelajaran, media pembelajaran, model pembelajaran dan lain sebagainya. Disamping hal tersebut guru dituntut agar terus mengembangkan pengetahuan dan ketampilannya agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang bermakna dan memberikan pengalaman belajar kepada siswanya.
Proses belajar adalah perubahan dalam diri siswa (seseorang) yang terjadi sebagai akibat hasil pengalaman yang diperoleh pada saat berintegrasi dengan lingkungan sekitar (Sumadi Suryabrata,1971). Untuk memberikan hasil belajar yang lebih baik dan bermakna proses belajar seharusnya merupakan proses yang aktif dari dan didalam diri siswa. Dengan demikian proses belajar mengajar hendaknya mengacu kepada bagaimana siswa belajar selain kepada apa yang ia pelajari, sehingga pola pikir siswa terus berkembang sehingga hasil belajar yang diinginkan akan dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan.
Menurut Pandelaki (2002:26) keberhasilan belajar dapat dilihat dari sejauh mana tujuan pembelajaran yang digariskan dapat dicapai. Secara lebih khusus dapat dilihat dari hasil belajar rata-rata yang diperoleh siswa setelah melakukan evaluasi belajar pada pembelajaran yang telah dilakukan.
Peranan evaluasi pendidikan , pertama memilah-milah siswa yang mampu dan yang tidak mampu, yang pintar dan yang bodoh. Kedua memberikan informasi tentang tercapai tidaknya serta seberapa jauh tercapai tidaknya serta seberapa jauh tercapainya hasil belajar yang diinginkan.
Fenomena yang ditemui pada kelas IV SD Negeri 01 Pakan Raba’a kecamatan Koto Parik Gadang Diateh (KPGD) hasil belajar siswanya sangat rendah terutama pada mata pelajaran IPA.  Pada materi perubahan energi bunyi dari 20 orang siswa hanya 6 orang siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau dengan kata lain  70% siswanya tidak tuntas belajar.
Menyikapi permasalahan tersebut pembelajaran perlu diperbaiki karena dapat dikatakan pembelajaran yang dilakukan guru tidak berhasil. Maka untuk itu dilakukan perbaikan dalam bentuk penelitian kelas yang dilakukan pada tiga siklus pembelajaran dimana untuk dua siklus dilakukan perbaikan pembelajaran.
Sebelum perbaikan dilakukan pada siklus pertama perlu dilakukan refleksi dimana kesalahan yang terjadi dalam pembelajaran. Dengan bantuan teman sejawat berupa observasi yang telah dilakukannya maka dilakukan diskusi terhadap inti permasalahan yang terjadi.
Langkah awal yang dapat dilakukan sebelum inti permasalahan dapat diketahui adalah dengan melakukan kegiatan identifikasi dan analisis masalah.  Untuk lebih jelasnya kegiatan tersebut dapat dijelaskan dalam uraian berikut.
1.      Identifikasi Masalah
Dari uraian data yang diungkapkan diatas bahwa 6 orang siswa dari 20 siswa yang mampu menguasai materi diatas ketuntasan belajar yaitu 65, maka dari hasil pengamatan teman sejawat yang mengobervasi selama proses pembelajaran dikelas  dapat diidentifikasi berbagai masalah yang menyebabkan kurangnya penguasaan siswa. Hasil identifikasi tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Dalam penyajian guru lebih banyak menyampaikan konsep-konsep IPA kepada siswa tanpa mengkaitkan dengan permasalahan yang real dalam kehidupan sehari-hari
b.      Kurangnya guru memberikan motivasi dalam pembelajaran baik dalam bentuk penguatan ataupun dalam membangkitkan minat belajar siswa.
c.       Banyaknya siswa yang orang tuanya berlatar pendidikan rendah.
d.      Tidak adanya media atau alat peraga yang digunakan oleh guru.
e.       Penyajian yang disampaikan guru terlalu umum.
2. Analisis Masalah
Dari hasil identifikasi tersebut, maka diadakan analisis masalah yang nantinya menentukan dalam merumuskan masalah atau dengan kata lain dari sekian banyak permasalahan dapat ditentukan yang menjadi inti dari permasalahan siswa tidak dapat menguasai materi dengan baik. Kegiatan  analisis dimulai dengan cara melakukan dialog atau diskusi dengan teman sejawat dari berbagai butir yang merupakan hasil identifikasi masalah. Dari butir-butir tersebut mana betul yang merupakan masalah penyebab dari kurangnya pemahaman siswa terhadap materi.  Hasil analisis yang menjadi permasalahan adalah “Metode pembelajaran IPA yang dilakukan guru kurang menarik siswa karena konsep-konsep yang disampaikan guru tidak dikaitkan dengan masalah real dalam kehidupan sehari-hari”.
Untuk memperbaiki pembelajaran yang menjadi permasalahan diatas maka penggunaan metode kerja kelompok adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan guru agar pemahaman siswa terhadap materi lebih baik
Menurut Jon Dewey dalam Rosyid (2006) mengatakan siswa akan belajar lebih baik bila apa yang dipelajari terkait dengan apa yang diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya.
Selanjutnya Sri Wardani (2005) menyatakan bahwa pada dasarnya pembelajaran IPA yang kerja kelompok maupun yang realistis mengacu pada yang kontruktivisme, dimana siswa sendiri yang harus aktif menemukan dan mentransper atau membangun pengetahuan yang akan menjadi miliknya.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode kerja kelompok dalam pembelajaran IPA para siswa lebih terlibat dalam pembelajaran yang berakibat tingkat pemahaman materi akan lebih baik.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah yang dibahas dalam latar belakang diatas, maka masalah yang diteliti adalah :
1.      Bagaimana penggunaan metode kerja kelompok dalam pembelajaran perubahan energi bunyi di kelas IV SD Negeri 01 Pakan Raba’a.
2.      Bagaimana dampak penggunaan metode kerja kelompok terhadap pemahaman siswa dalam pembelajaran perubahan energi bunyi di kelas IV SD Negeri 01 Pakan Raba’a.
C. Tujuan Perbaikan
Secara umum perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam bentuk penelitian tindakan kelas bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui perbaikan dalam proses pembelajaran yaitu dalam bentuk metode. media, model pembelajaran , motivasi belajar dan lainnya yang berkaitan dengan proses pembelajaran dikelas.
Tujuan perbaikan secara khusus sesuai pembahasan dalam perbaikan ini adalah :
1.      Mendeskripsikan penggunaan metode kerja kelompok dalam pembelajaran perubahan energi bunyi di kelas IV SD Negeri 01 Pakan Raba’a.
2.      Mendeskripsikan dampak penggunaan metode kerja kelompok terhadap pemahaman siswa dalam pembelajaran perubahan energi bunyi di kelas IV SD Negeri 01 Pakan Raba’a.
D. Manfaat Perbaikan
Banyak manfaat yang dapat diraih guru dengan melakukan perbaikan pembelajaran yang dilakukan melalui penelitian tindakan kelas , mamfaat itu dapat dilihat dan dikaji dalam beberapa komponen pendidikan dan atau pembelajaran dikelas.
Sesuai perbaikan yang dilakukan dalam bahasan ini, maka mamfaat perbaikannya adalah :
1.      Siswa meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA kelas IV.
2.      Guru dalam melakukan perbaikan pembelajaran dikelas masing-masing yang merupakan tanggung jawabnya.
3.      Kepala Sekolah dalam melakukan motivasi bagi guru untuk melakukan perbaikan pembelajaran dikelas.
4.      Pengawas Sekolah dalam usaha melakukan supervisi pendidikan berupa pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
5.      Dinas atau instansi terkait dalam pendidikan dalam mengambil kebijakan tentang peningkatan mutu pendidikan.


Tuesday, November 27, 2012


A. Pengantar
     Dalam penelitian sosial, masalah penelitian, tema, topik, dan judul penelitian berbeda secara kualitatif maupun kuantitatif. Baik substansial maupun materil kedua penelitian itu berbeda berdasarkan filosofis dan metodologis. Masalah kuantitatif lebih umum memiliki wilayah yang luas, tingkat variasi yang kompleks namun berlokasi dipermukaan. Akan tetapi masalah-masalah kualitatif berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun memiliki kedalaman bahasan yang tak terbatas.
      Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
     Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan. 

B. Sistematika Penelitian Kualitatif

Judul
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Bab I Pendahuluan
Konteks Penelitian
Fokus Kajian Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

Bab II Perspektif Teoritis dan Kajian Pustaka
Bab III Metode Penelitian
Pendekatan
Batasan Istilah
Unit Analisis
Deskripsi Setting Penelitian
Pengumpulan Data
Analisis Data
Keabsahan data
Bab IV Hasil dan pembahasan
Bab VI Kesimpulan dan saran
Daftar pustaka
Lampiran


Penjelasan secara ringkas keseluruhan unsur yang ada dalam penelitian kualitatif, yaitu:

  1. Judul, singkat dan jelas serta mengisyaratkan fenomena dan fokus kajian penelitian. Penulisan judul sedapat mungkin menghindari berbagai tafsiran yang bermacam-macam dan tidak bias makna.
  2. Abstrak, ditulis sesingkat mungkin tetapi mencakup keseluruhan apa yang tertulis di dalam laporan penelitian. Abstrak penelitian selain sangat berguna untuk membantu pembaca memahami dengancepat hasil penelitian, juga dapat merangsang minat dan selera orang lain untuk membacanya.
  3. Perspektif teoritis dan kajian pustaka, perspektif teori menyajikan tentang teori yang digunakan sebagai perpektif baik dalam membantumerumuskan fokus kajian penelitian maupun dalam melakukan analisis data atau membahas temuan-temuan penelitian. Sementara kajian pustaka menyajikan tentang studi-studi terdahulu dalam konteks fenomena dan masalah yang sama atau serupa.
  4. Metode yang digunakan, menyajikan secara rinci metode yang digunakan dalam proses penelitian.
  5. Temuan–temauan penelitian, menyajikan seluruh temuan penelitian yang diorganisasikan secara rinci dan sistematis sesuai urutan pokok masalah atau fokus kajian penelitian. Temuan-temuan penelitian yang disajikan dalam laporan penelitian merupakan serangkaian fakta yang sudah direduksi secara cermat dan sistematis, dan bukan kesan selintas peneliti apalagi hasil karangan atau manipulasi peneliti itu sendiri.
  6. Analisis temuan– temuan penelitian. Hasil temuanmemrlukan pembahasan lebih lanjut dan penafsiran lebih dalam untuk menemukan makna di balik fakta. Dalam melakukan pembahasan terhadap temuan-temuan penelitian, peneliti harus kembali mencermati secara kritis dan hati-hati terhadap perspektif teoritis yang digunakan.

C. Jenis-jenis Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif memiliki 5 jenis penelitian, yaitu:
1. Biografi
     Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan pengalamannya yang dituliskan kembali dengan mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap turning point moment atau epipani yaitu pengalaman menarik yang sangat mempengaruhi atau mengubah hidup seseorang. Peneliti menginterpretasi subjek seperti subjek tersebut memposisikan dirinya sendiri.

2. Fenomenologi
       Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Menurut Creswell (1998:54), Pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden. 

3. Grounded theory
          Walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu pengalaman untuk sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi tertentu . Situasi di mana individu saling berhubungan, bertindak, atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari. 

4. Etnografi
      Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial. peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi melibatkan pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok, dimana dalam pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari arti atau makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok.

5. Studi kasus
            Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu.

D. Metode Pengumpulan Data

            Beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:

1. Wawancara
            Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. 

Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif. 

2. Observasi
                 Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

           Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.
  • Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.
  •  Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek.
  • Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah topografi, jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan respon, stimulus kontrol (kondisi dimana perilaku muncul), dan kualitas perilaku.

3. Dokumen
           Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.

4. Focus Group Discussion (FGD)
             Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.

E. Teknik Analisis Data

          Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif di dasarkan pada pendekatan yang digunakan. Beberapa bentuk analisis data dalam penelitian kualitatif, yaitu:

1. Biografi
Langkah-langkah analisis data pada studi biografi, yaitu
 a. Mengorganisir file pengalaman objektif tentang hidup responden seperti tahap perjalanan hidup dan pengalaman. Tahap tersebut berupa tahap kanak-kanak, remaja, dewasa dan lansia yang ditulis secara kronologis atau seperti pengalaman pendidikan, pernikahan, dan pekerjaan.
b. Membaca keseluruhan kisah kemudian direduksi dan diberi kode.
c. Kisah yang didapatkan kemudian diatur secara kronologis.
d. Selanjutnya peneliti mengidentifikasi dan mengkaji makna kisah yang dipaparkan, serta mencari epipani dari kisah tersebut.
e. Peneliti juga melihat struktur untuk menjelaskan makna, seperti interaksi sosial didalam sebuah kelompok, budaya, ideologi, dan konteks sejarah, kemudian memberi interpretasi pada pengalaman hidup individu.
f. Kemudian, riwayat hidup responden di tulis dengan berbentuk narasi yang berfokus pada proses dalam hidup individu, teori yang berhubungan dengan pengalaman hidupnya dan keunikan hidup individu tersebut.

2. Fenomenologi
Langkah-langkah analisis data pada studi fenomenologi, yaitu:
a. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan.
b. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai data yang dianggap penting kemudian melakukan pengkodean data.
c. Menemukan dan mengelompokkan makna pernyataan yang dirasakan oleh responden dengan melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama. Selanjutnya, pernyataan yang tidak relevan dengan topik dan pertanyaan maupun pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang tindih dihilangkan, sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk atau penyusun dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan).
d. Pernyataan tersebut kemudian di kumpulkan ke dalam unit makna lalu ditulis gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi.
e. Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena tersebut sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut. Kemudian mengembangkan textural description (mengenai fenomena yang terjadi pada responden) dan structural description (yang menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi).
f. Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman responden mengenai fenomena tersebut.
g. Membuat laporan pengalaman setiap partisipan. Setelah itu, gabungan dari gambaran tersebut ditulis.

3. Grounded theory
Langkah-langkah analisis data pada studi grounded theory, yaitu:
a. Mengorganisir data
b. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
c. Open coding, peneliti membentuk kategori informasi tentang peristiwa dipelajari.
d. Axial coding, peneliti mengidentifikasi suatu peristiwa, menyelidiki kondisi-kondisi yang menyebabkannya, mengidentifikasi setiap kondisi-kondisi, dan menggambarkan peristiwa tersebut.
e. Selective coding, peneliti mengidentifikasi suatu jalan cerita dan mengintegrasikan kategori di dalam model axial coding.
Selanjutnya peneliti boleh mengembangkan dan menggambarkan suatu acuan yang menerangkan keadaan sosial, sejarah, dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi peristiwa.

4. Etnografi
Langkah-langkah analisis data pada studi etnografi, yaitu:
a. Mengorganisir file.
b. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
c. Menguraikan setting sosial dan peristiwa yang diteliti.
d. Menginterpretasi penemuan.
e. Menyajikan presentasi baratif berupa tabel, gambar, atau uraian.

5. Studi kasus
Langkah-langkah analisis data pada studi kasus, yaitu:
a. Mengorganisir informasi.
b. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
c. Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya.
d. Peneliti menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa kategori.
e. Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi dan mengembangkan generalisasi natural dari kasus baik untuk peneliti maupun untuk penerapannya pada kasus yang lain.
f. Menyajikan secara naratif.

F. Keabsahan Data

Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan keabsahan data, yaitu:

1. Kredibilitas
Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya. Beberapa kriteria dalam menilai adalah lama penelitian, observasi yang detail, triangulasi, per debriefing, analisis kasus negatif, membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member check.
Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu:
a. Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden, dan untuk membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.
b. Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
c. Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
d. Peer debriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
e. Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujian-pengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada data, serta denganmengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang data.

2. Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain.
3. Dependability yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.
4. Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif.

G. Reliabilitas
Reliabilitas penelitian kualitatif dipengaruhi oleh definisi konsep yaitu suatu konsep dan definisi yang dirumuskan berbeda-beda menurut pengetahuan peneliti, metode pengumpulan dan analisis data, situasi dan kondisi sosial, status dan kedudukan peneliti dihadapan responden, serta hubungan peneliti dengan responden.(IAHS)

Daftar Pustaka
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.
Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.
Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc: California.